Cerita Sex Nafsu Liar

  

Cerita Sex Nafsu Liar

Masterwebindo Jam dinding yang ada di ruang tengah, saat itu sudah menunjukkan angka setengah sebelas malam. Nina tampak masih duduk termangu seorang diri. Ibu muda beranak satu yang baru berumur dua puluh lima tahun itu belum tidur karena masih menunggu kepulangan suaminya. Akhir-akhir ini, suaminya jadi lebih sering kerja lembur. Pulangnya selalu larut malam. Dan tentunya jika sudah begitu, suaminyajadi capai. Sehingga setiap kali dia mengajak suaminya melakukan hubungan badan, suaminya senantiasa menolak dengan alasan capek. Nina menyadari, apa yang dilakukan suaminya semata-mata untuk kebahagiaan mereka bersama. Tetapi sebagai wanita normal, Nina membutuhkan kehangatan dari lelaki. Namun, setiap kali dia meminta pada suaminya, Susilo selalu saja menolak dengan alasan capai. Nina yang tahu kalau suaminya memang capai,akhirnya tak bisa memaksa. Sebab kalau pun dipaksa, hasilnya malah tak enak. Jadilah dia harus terus berusaha menahan perasaannya. Hari ini sudah hampir dua bulan dia tak mendapatkan nafkah bathin dari suaminya. Setiap kali dia mengajak, suaminya senantiasa menolak dengan alasan capai. Selama itu pula, Nina harus terus berusaha menahan gejolak birahinya. Entah sampai kapan dia akan sanggup bertahan. Karena sebagai wanita normal, jelas dia membutuhkan kehangatan dan kepuasan dari lelaki. Namun memaksa suaminya untuk mau memberinya kehangatan dan kepuasan, rasanya tak mungkin. Sebab suaminya yang seharian bekerja, akan langsung tidur jika sudah mencium bantal. Nina benar-benar dibuat bingung dan gelisah sendiri jika hasrat birahinya sudah tak dapat dibendung lagi. Bahkan kadan dia dibuat tak bisa tidur jika sudah begitu karena dia tak tahu harus bagaimana menumpahkan gejolak nafsu birahinya. Kadang terlintas dalam pikirannya untuk mencari kepuasan di luar rumah, namun jelas hal itu dia harus meninggalkan anaknya yang baru berumur setahun sendirian di rumah. Jelas dia tak mungkin keluyuran dengan membawa anak. 

Dengan mengingat anaknya, Nina pun berusaha membuang pikiran kotornya dan berusaha untuk tetap bertahan. Meski kadang jiwanya merasa tersiksa. Malam ini, meski sudah menunjukkan angka setengah sebelas, Susilo belum juga pulang. Dan meski hal itu sudah sering terjadi, namun tetap saja perasaan Nina jadi gelisah. Dia jadi kwatir, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada suaminya. Sampai jam sebelas tepat, saat mata Nina sudah mengantuk, suaminya belum juga pulang. Sampai akhirnya ibu muda yang cantik itu pun tertidur di sofa sambil duduk. Nina terjaga dengan agak kaget, ketika telinganya mendengar suara bel tamu. Dengan masih agak mengantuk, bergegas dia bangung dari sofa dan melangkah ke pintu depan rumah untuk membukakan pintu. Dan memang yang datang adalah suaminya. “Baru pulang, Mas?” tanyanya. “Ya.” Jawab Susilo seraya melangkah masuk. Nina pun menutup pintu rumah dan menguncinya, kemudian dia mengikuti langkah suaminya yang menuju ke ruang makan. Segera Nina membuatkan kopi panas untuk suaminya dan meletakkannya di depan suaminya duduk. “Mau mandi, Mas?” tanya Nina. “Ya.” “Sebentar aku masakkan air.” Susilo mengangguk. Sambil menunggu istrinya memasak air, Susilo menyeruput kopi panasnya untuk sekedar menghangatkan tubuh. Setelah tiga kali menyeruput kopi panasnya, Susilo kemudian bangun dari duduknya. Dia melangkah ke kamar untuk melepaskan pakaian kerjanya. Tak lama kemudian, dengan hanya mengenakan kaos singlet dan celana pendek serta handuk yang tersampir di pundaknya, Susilo kembali keluar dan duduk kembali di kursi ruang makan untuk menikmati kopinya. 

Dari dapur Nina keluar dan duduk di depan suaminya. “Sebentar lagi masak airnya, Mas.” “Ya. Kamu belum tidur?” tanya Susilo. “Belum, Mas.” “Kalau begitu, kamu tidur saja. Biar nanti aku sendiri yang menuangkan air panas.” “Mas mau makan, kan?” “Ya, nanti biar aku sendiri yang mengambil. Sebaiknya kau tidur saja, karena tentu kau lelah.” “Tapi, Mas . . .” “Sudahlah, tidur saja. . .” “Mas Susilo?” “Nanti setelah selesai mandi dan makan, aku menyusul.” Nina akhirnya menurut bangun dari duduknya. “Saya ke kamar dulu, Mas.” “Ya.” Wanita cantik itu pun meninggalkan ruang makan menuju ke dalam kamarnya. Sesampainya di dalam kamar, Nina merebahkan tubuhnya, namun dia tidak bisa memejamkan kedua matanya. Hasrat kewanitaannya yang sudah lama tak mendapatkan kehangatan dari suaminya, malam ini kembali menggelora dan meminta pelampiasan. Dan itulah yang membuat perasaan Nina jadi gelisah. Hatinya jadi bimbang, apakah suaminya yang sudah capai setelah seharian bekerja akan mau melayani ajakannya, memberinya kepuasan sebagaimana yang dia inginkan? Ibu muda yang cantik itu beberapa kali menghela napas panjang sambil membolak-balikan tubuhnya kesana-kemari berusaha agar bisa memendam hasrat kewanitaannya dengan membawanya tidur, namun kedua matanya tak juga dapat di pejamkan. Malah semakin lama, gairahnya semakin bertambah menggelora bagai api yang membakar seluruh jiwa dan raganya. “Ohh . . .” Nina melenguh, merasakan himpitan nafsu yang terus menekan perasaannya. Tak tahan membendung gejolak birahinya yang sudah membara, Nina akhirnya bangun dari rebahannya. Duduk termenung di tepi tempat tidur, berusaha untuk mempertimbangkan apakah malam ini dia akan menuntut pada suaminya yang sudah capai seharian bekerja, atau terus berusaha menekan perasaannya sedalam mungkin, walau dia harus tersiksa?” Dari arah kamar mandi, terdengar suara Susilo bersenandung kecil. Sepertinya Susilo sudah menuangkan air panasnya untuk mandi dan sepertinya Susilo sudah bersiap-siap untuk mandi. Dengan segala hasrat yang ada, Nina pun bangun dan melepaskan seluruh pakaiannya, kemudian dia melangkah keluar dari kamar tidurnya dengan tubuh sudah dalam keadaan telanjang tanpa tertutup barang sehelai benang pun. 

Dengan tubuh telanjang bulat, Nina menuju ke kamar mandi dimana suaminya berada. Didorongnya pintu kamar mandi yang tak terkunci, sehingga membuat Susilo yang sudah dalam keadaan telanjang agak kaget. Dan lelaki itu kian bertambah kaget, saat melihat siapa yang masuk, yang ternyata istrinya dan dalam keadaan sudah telanjang bulat tanpa tertutup barang sehelai benang pun. “Nina . . .” desis Susilo dengan kening mengerut, melihat sikap istrinya yang dirasa aneh. Sebab tak biasa-biasanya Nina melakukan hal seperti itu, dan selama mereka menjadi suami-istri, belum pernah Nina mendatanginya di kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat seperti sekarang. Dengan bibir tersenyum mengundang, Nina menutup pintu kamar mandi. Kemudian dengan masih tersenyum, perempuan cantik yang sedang dilanda gairah nafsu birahi menghampiri suaminya yang masih terpaku. Sambil melingkarkan kedua tangannya ke leher Susilo, Nina berkata, “Mas . . . Sudah lama kau tak lagi memberiku kehangatan. Malam ini, aku ingin kau memberikannya kepadaku. . .” “Aku capai, Nina.” “Aku tahu, Mas. Namun aku sudah tak tahan lagi. . . Hampir sebulan lamanya kau tak pernah menyentuhku. Sebagai wanita normal, aku membutuhkan kehangatan, Mas. . .” desah Nina sambil terus berusaha membangkitkan nafsu birahi suaminya dengan belaian-belaian lembut tangannya pada dada suaminya. Dia berharapan suaminya yang sudah lama tak menyentuhnya, malam ini akan memberinya kehangatan dan juga kenikmatan sebagaimana yang dia butuhkan. Susilo menghela napas panjang dan berat menghadapi sikap istrinya. Ada rasa iba melihat keadaaan istrinya yang tampak begitu merindukan kehangatan dari seorang lelaki. Karena itu, meski sebenarnya dia merasa capai setelah seharian bekerja, namun karena tak ingin mengecewakan istrinya Susilo pun akhirnya mengabulkan keinginan istrinya. Segera didekapnya tubuh Nina erat, lalu dengan lembut dilumatnya bibir Nina dengan lembut namun menggairahkan. “Ohh . . .Teruskan, Mas. . . Sudah lama kudambakan saat-saatseperti ini,” desis Nina sambil membalas lumatan bibir suaminya. Sedang tangannya bergerak membelai dan meremas-remas rambut suaminya. Meski sebenarnya capai setelah seharian bekerja, namun karena birahinya sudah terangsang, akhirnya Susilo turut hanyut dalam lautan gairah yang di tebarkan oleh istrinya. 

Dilumatnya bibir Nina dengan lumatan-lumatan mesra. Sementara tangannya, dengan lembut melakukan belaian dan remasan pada bagian-bagian tubuh istrinya yang sensitif, yang membuat Nina harus menggerinjing, merintih dan melenguh kenikmatan. Nina yang selama ini dangat merindukan kehangatan dari suaminya tak mau tinggal diam. Sambil menikmati cumbuan yang diberikan oleh suaminya, dia pun membalas belaian dan remasan tangan suaminya dengan cara sama melakukan belaian dan remasan pada bagian-bagian tubuh suaminya yang sensitif. Dari rambut kepala Susilo, tangan Nina bergerak kebawah dan berhenti di selangkangan Susilo. Di sana, dengan lembut tangan Nina menyentuh sebuah benda berotot milik suaminya. Dibelai dan di remasnya, sehingga membuat Susilo melenguh. “Ohh . . .” Lumatan bibir Susilo pada bibir Nina pun lepas. Namun kemudian sambil meresapi remasan dan belaian tangan istrinya pada batang kelelakiannya, Susilo mengarahkan cumbuannya pada bagian dada istrinya dimana dua bukit kembar yang halus berada.

 Dengan lidah dan mulutnya, Susilo mencumbui bukit susu Nina yang sebelah kanan, sedang tangan kanannya dengan mesra membelai dan memilin buah dada istrinya yang sebelah kiri. “Ahh . . . Mas . . .” Nina merintih, merasakan geli bercampur nikmat akibat cumbuan yang di lakukan oleh suaminya pada kedua buah dadanya. Meski begitu, tangan Nina yang berada di selangkangan Susilo tak mau berhenti melakukan aksi. Sambil menikmati cumbuan yang di lakukan suaminya, dia pun membalasnya dengan terus melakukan belaian dan remasan pada batang kelelakian suaminya yang semakin lama, semakin keras. Setelah dirasa cukup puas melakukan pemanasan, Susilo pun menghentikan cumbuannya. Kemudian dibimbingnya Nina merapat ke dinding kamar mandi, lalu disuruhnya Nina membalikkan tubuh menghadap ke dinding. Setelah itu, dengan posisi Nina nungging, Susilo pun mengarahkan senjatanya ke arah lubang kewanitaan istrinya. Lalu ditekannya pantat ke depan, sehingga batang kelelakiannya pun melesat masuk ke dalam lubang kewanitaan Nina. “Auw . . . Mas . . .” Nina melenguh dengan mata membeliak, ketika batang kelelakian suaminya amblas ke dalam lubang kewanitaannya. Setelah itu, wanita cantik berusia Sekitar dua puluh tujuh itu pun menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri secara teratur, sehingga kenikmatan pun semakin dalam dia rasakan. Begitu halnya dengan Susilo, sambil menikmati kenikmatan yang dia rasakan akibat goyangan pantat istrinya, dengan tangan memegang dan meremasi pantat istrinya, Susilo pun terus melakukan ayunan pantatnya maju-mundur secara teratur. Cukup lama keduanya berpacu, berusaha mencapai puncak kepuasan yang sama-sama mereka inginkan. Gesekkan dari kedua kulit kemaluan mereka, semakin menambah rasa nikmat yang tiada duanya. Sampai akhirnya, dengan didahului oleh lenguhan panjang dan tubuh yang meregang, Susilo pun mencapai puncak kepuasannya. “Ma. . .Ohh. . .” “Tahan, Mas . . .Tahan . . . Aku belum keluar . . .” desis Nina sambil menggoyangkan pantatnya semakin cepat agar dia pun mendapatkan kepuasan. Namun apa yang dilakukannya percuma saja, sebab suaminya sudah sanggup lagi menahan semburan lahar kenikmatannya. “Ahh. . . Aku sudah keluar, Ma. . .” desah Susilo dengan tubuh melemas seraya menekan pantatnya kuat-kuat ke depan, sehingga batang kelelakiannya yang menyemburkan cairan kenikmatan pun semakin bertambah amblas menghunjam di dalam lubang kewanitaan istrinya. Nina benar-benar merasa kecewa dengan kenyataan itu. Namun begitu, dia tak bisa memaksa suaminya yang benar-benar sudah kecapaian setelah seharian bekerja untuk meneruskan permainan. Setelah cebok, Nina pun keluar dari kamar mandi dan membiarkan suaminya mandi.

 Dia kembali ke kamarnya, mengenakan baju tidurnya kembali dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur untuk tidur. Namun belum juga matanya terpejam, anaknya menangis. Segera Nina bangun dan menghampiri bok bayi dimana anaknya berada. Kemudian dia pun menyusui anaknya hingga diam dan kembali tidur. Baru setelah itu, Nina pun kembali merebahkan tubuhnya di kasur untuk tidur dengan membawa hati yang gelisah dan kecewa karena tak mendapatkan kepuasan sebagaimana yang dia inginkan.

Cerita Nafsu Dewasa


 
Cerita Nafsu Dewasa

 Shinta adalah seorang dokter muda yang baru saja menamatkan pendidikan dokternya pada sebuah universitas ternama di Sumatera. Sebagaimana dokter baru ia harus menjalani masa ptt pada sebuah desa di daerah itu. Orang tua dan tunangannya keberatan jika Shinta melaksanakan ptt di daerah itu, selain jauh dari kotanya danhttp://ceritacinta99.blogspot.com/ daerah itu masih terbelakang dan terisolir. Orang tua Shinta sangat keberatan dan ia mengupayakan agar Shinta ditempatkan pada daerah yang dekat dan tidak terisolir itu. Upaya orang tuanya ini gagal karena telah menjadi keputusan instansi pusat dan tidak dapat di batalkan.

Kekuatiran orang tua dan tunangannya amat beralasan, karena Shinta adalah masih muda dan belum mengetahui seluk beluk masyarakat desa itu, ditambah kerasnya kehidupan di desa yang terkenal dengan kebiasaan masyarakatnya yang primitif itu. Selain itu Shinta akan menikah dengan Rudi tunangannya beberapa bulan lagi. Memang Shinta dan Rudi telah lama pacaran dan kedua orang tua mereka merestui hubungan mereka.

Shinta adalah seorang gadis yang masih berumur 24 tahun merupakan mahasiswa kedokteran yang memiliki kemampuan yang dapat dibanggakan, sehingga tdk heran ia dalam waktu yang singkat telah menamatkan kuliahnya.

Selain itu ia berparas cantik, memiliki sosok yang membuat lawan jenisnya ingin mendapatkannya, namun hatinya telah jatuh kepada Rudi yang merupakan pria yang gigih mendapatkannya, hingga ia mau di pertunangkan dengan nya.Rudi adalah seorang pria yang telah memiliki kehidupan yang mapan pada sebuah BUMN di kota itu, selain itu ia anak dari sahabat ayah Shinta.

Selama mereka pacaran hanya diisi dengan makan malam dan kadang nonton. Mereka berdua tidak pernah melakukan hal yang bertentanggan dengan adat dan agama, sebab masing-masing menyadari suatu saat akan mendapatkannya juga nantinya.

Setelah melalui perjalanan yang melelahkan Shinta dengan diantar ayahnya dan Rudi didesa itu. Perjalanan dari kotanya memakan waktu selama 1 mhari perjalanan ditambah jalan yang amat rusak dan setapak. Didesa itu Shinta di sambut oleh perangkat desa itu dan kepala dusun. Dengan sedikit acara, barulah Shinta resmi bertugas. Lalu ayahnya dan Rudi pulang ke kota besoknya setelah mewanti-wanti Shinta untuk berhati-hati.

Hari pertama ia bertugas Shinta dibantu oleh kader kesehatan yang bertugas penunjuk jalan. Shinta menempati salah satu rumah milik kepala dusun yang bernama pak Tanba. Pak Tanba amat disegani dan ia termasuk orang kaya didesa itu.

Umurnya sekitar 67 tahun dan memiliki 3 orang istri. Pak inipun sering meminjamkan sepeda motornya kepada Shinta untuk tugas-tugasnya, kadang-kadang ia sendiri yang memboncengkan Shinta saat Shinta ingin ke desa sebelah. Bagi Shinta keberadaan Pak Tanba ini amat membantunya di saat ia hampir putus asa melihat lingkungan desa yang hanya terdiri dari hutan dan jalan yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor.

Karena sering diantar kedesa desa lainnya, seringkali tanpa disadari oleh Shinta telah membuat paka Tanba menaruh rasa ingin memiliki dari diri paka Taba, apalagi jika dalam berboncengan seringkali dada Shinta yang montok itu bersentuhan dengan punggung paka Tanba. Sebagai laki-laki normal iapun merasakan ingin yang lebih jauh lagi. Shinta merasa ia tak bisa bertugas jika tanpa dibantu pak Tanba.

Suatu hari saat pulang dari desa tetangga, mereka kehujanan dan hari saat itu hujan turun dengan derasnya.Lalu dengan buru-buru pak Tanba mempercepat kendaraannya , secara otomatis Shinta memegang pinggang pak Taba dengan erat dan dalam suasana itu pak Tanba dapat merasakan kehangatan dan sentuhan dada Shinta dengan nyata.

Lalu mereka sampai di kediaman Shinta yang merupakan juga rumah milik pak Tanba. Sesampai didalam rumah, Shinta masuk kekamar dan mengganti pakaiannya dengan kimono handuk, sedang pak tanba ia pinjami handuk untuk ganti pakainan yang basah itu.

Saat Shinta berganti pakaian tadi pak Tanba mengintipnya dari celah pintu kamar itu. Jakunnya naik turun karena melihat kehalusan dan kemulusan kulit tubuh Shinta seluruhnya. Dengan langkah pasti ia duduk di ruang tengah rumah itu karena diluar hari hujan.

“Wah, hujannya deras sekali pak.” kata Shinta,
“Bagaimana jika nginap disini saja pak.”
“Ooooo.. terima kasih bu. Kalau hujan reda saya akan pulang…” terang pak Tanba.
“Baiklah pak…” jawab Shinta.
Lalu Shinta kedapur dan membuatkan kopi untuk pak Tanba.
“Pak, ini kopinya ..”.
“Wah kopi… bisa begadang saya malam ini buk.”
“O.. ya.. pak .. apa perlu saya ganti dengan teh hanagat?” jawab Shinta.
“Ohh… nggak usah buk.. ini juga nggak apa.” timpal pak Taba, sambil memandang kearah Shinta.

Hingga saat itu hujan belum reda dan paka Tanba terpaksa nginap di rumah itu. Shinta terus menemani paka Tanba ngobrol tentang pekerjaan hingga rencana ia akan menikah. Pak Tanba mendengarnya dengan penuh perhatian dan sesekali mencuri pandang dada Shinta.

Shinta tak enak hati jika ia meninggalkan pak Tanba sendirian malam itu karena pak Taba telah banyak membantunya. Sedang matanya mulai ngantuk. Sedang hiburan di rumah itu tidak ada karena tidak adanya jaringan televisi. Melihat Shinta yang mulai ngantuk itu lalu pak Tanba menyuruh Shinta tidur duluan.

“Bu, tidur aja dulu biar saya diluar sini.”

“Wah saya nggak enak ni pak masa pak Tanba saya tinggal.” Shinta memaksakan dirinya untuk terus ngobrol hingga jam menunjukan pukul 9 00 wib yang kalau didesa itu telah larut ditambah hujan deras.

Dari tadi pak tanba terus memperhatikan Shinta karena suasana malam itu membuatnya ingin mengambil kesempatan terhadap Shinta dengan tidak menampakkan keinginannya.

Padahal saat itu tanpa di sadari Shinta pak Tanba telah duduk disamping Shinta.

“Bu… Shinta.., dingin ya buk..” kata pak Tanba.
“Ya pak…,” sahut Shinta.. dengan pasti pak Tanba, meraih tangan
Shinta…
“Ini buk, saya pegang tangan ibu ya.., biar dinginnya hilang….” bisik Pak Tanba.

Shintapun membiarkan pak Tanba meraih tangannya, memang ada hawa hangat yang ia rasakan. Lalu pak Tanba melingkarkan tangannya di bahu Shinta dan mengelus balik telinga Shinta, padahal itulah daerah sensitif Shinta. Kepala Shinta lalu rebah di bahu pak Tanba dan seperti sepasang kekasih pak Tanba terus meransang daerah peka di tengkuk dan bahu Shinta.

Cerita Wulan Si Gadis Desa

Cerita Wulan Si Gadis Desa -  Cerita cinta
 
 
Cerita Wulan Si Gadis Desa
Cerita ini adalah dramatisasi dari kisah nyata, dan merupakan satu dari beberapa cerita lepas dengan tokoh utama yang sama. Antara satu dan lainnya tidak harus dibaca berurutan. Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Cerita berikut ini bukan pengalamanku sendiri, melainkan pengalaman seorang rekanku, sebut saja dia Ta. Kami memang punya “hobi” yang sama, namun Ta punya trik tersendiri untuk menyalurkan hobinya. Kini selain terdaftar di kota asalnya, ia juga resmi penduduk sebuah desa yang agak terpencil. Berikut adalah caranya mendapatkan kembang desa, meski sudah beristri tiga orang.
Wulan terbangun dengan kepala yang pusing. Namun entah mengapa kedua tangannya tidak dapat digerakkan. Seluruh tubuhnya terasa hangat. Sambil mengerjapkan matanya, gadis itu memandang sekelilingnya. Ternyata ia berada dalam sebuah kamar yang belum pernah dilihatnya, terbaring di atas ranjang empuk dan besar yang berwarna merah jambu. Dari jendela yang tertutup terbayang hari sudah gelap. Dalam kamar itu sendiri hanya ada sebuah lampu kecil yang menyala remang-remang. Wulan hanya ingat Sabtu sore tadi setelah bertanding bola volley melawan sekolah dari kecamatan tetangga, ia harus berlari-lari dalam gerimis hujan menuju rumah neneknya untuk menginap malam ini, karena rumahnya terlalu jauh dari lapangan volley. Seperti umumnya gadis desa lainnya, meskipun tidak terlalu tinggi, namun Wulan memiliki tubuh yang montok dan padat. Buah dadanya yang membusung kencang seolah tidak muat dalam bra bekas kakaknya yang kekecilan. Ditunjang dengan kulitnya yang kuning langsat mulus dan rambut sebahu, wajahnya yang manis sering membuat pemuda desa terpaku dan menelan ludah saat gadis itu lewat dengan goyangan pinggulnya. Pantatnya yang montok selalu menonjol di balik rok seragam sekolahnya, yang biarpun di bawah lutut, ketatnya memperlihatkan garis celana dalam gadis itu.
Bukan hanya para pemuda, beberapa orang yang telah beristri pun berangan-angan menjadikan gadis kelas 1 SMU itu istri mudanya. Menurut katuranggan, gadis macam Wulan rasanya peret dan legit, pasti akan memberikan kenikmatan sepanjang malam, membuat suaminya betah di rumah. Tidak heran, tiap kali ada pertandingan volley, selalu banyak penontonnya, meski kebanyakan hanya menonton paha Wulan yang bercelana pendek dan guncangan buah dadanya saat gadis itu memukul bola.
“Ah, sudah bangun Nduk..?” sebuah suara dan lampu yang menyala terang mengagetkan gadis itu. Tampak seorang pria kekar memasuki ruangan. Wulan mengenalinya sebagai Ta, seorang terpandang di desanya. Meski bukan penduduk desa itu, namun suka kawin-cerai dengan gadis-gadis di sini. Dalam sebulan paling ia hanya di rumah satu-dua hari saja, selebihnya “kerja di kota”. Sekarang ini istrinya di sini sudah ada tiga orang, semuanya masih belasan tahun dan cantik-cantik, namun masih suka menggoda Wulan tiap kali bertemu. Bahkan baru saja ia pernah berusaha melamar gadis itu namun tidak berhasil.
Wulan berusaha bangun, namun tangan dan kakinya tetap lemas tidak dapat bergerak.
“Tenang saja Nduk, nggak usah banyak gerak. Malam ini kamu di sini dulu.” kata Ta. Tidak sengaja Wulan melihat ke dinding kamar, dan dari cermin besar yang terpasang di sana, ia menyadari kedua tangannya terikat menjadi satu di atas kepalanya, demikian juga kedua kakinya yang terentang ke sudut-sudut ranjang, seperti huruf Y terbalik. Seluruh tubuhnya tertutup selimut, namun ujung selimut yang tersingkap memperlihatkan sebagian paha gadis itu. Di sudut ranjang tampak terserak baju seragam dan rok yang tadi dipakainya.
“Pak Ta, Wulan dimana? Kenapa Wulan begini?” tanya gadis itu dengan panik.
Ia mulai teringat saat berlari ke rumah neneknya tadi seseorang menariknya dari belakang dan menempelkan sesuatu yang berbau menyengat ke wajahnya, kemudian semuanya menjadi gelap, hingga akhirnya ia kemudian tersadar di situ. “Tenang Wulan, kamu baik-baik saja. Malam ini kita akan kawin. Minggu lalu saya sudah melamarmu pada bapakmu. Sekarang kita akan nikmati malam pertama kita.” kata Ta sambil menyeringai. “Enggak! Enggak! Kemarin Bapak bilang ditolak! Wulan nggak mau!” gadis itu berusaha meronta, namun ikatan tangan dan kakinya terlalu kuat baginya.
Sambil tertawa terkekeh, Ta perlahan menarik selimut yang menutupi tubuh gadis itu, membuat Wulan terpekik karena penutup tubuhnya perlahan terbuka, sedangkan ternyata di balik selimut itu ia sudah telanjang bulat. “Jangan! Jangan! Aduh jangan! Pak Ta, jangan Pak! Tolong..!” Dengan sigap Ta mengambil pakaian dalam Wulan yang terserak di atas ranjang, lalu menyumpal mulut gadis itu dengan celana dalamnya sendiri, dan mengikatnya ke belakang dengan bra gadis itu.
“Pak? Kamu panggil aku Pak? Aku ini suamimu, tahu! Panggil aku Kangmas!” seru Ta sambil menampar pipi Wulan sampai gadis itu memekik kesakitan.
Ta semakin beringas melihat tubuh Wulan yang montok telanjang bulat. Kedua paha gadis manis itu terentang lebar mempertontonkan bibir kemaluannya yang jarang-jarang rambutnya. “Diam Sayang! Ini malam kita bedah kelambu! Kalau bapakmu yang tolol itu tidak mau anaknya dilamar baik-baik, kita lihat saja besok! Karena besok anak perawannya sudah tidak perawan lagi!” Tanpa basa basi Ta segera membuka pakaiannya sendiri, lalu melompat ke atas ranjang. Wulan dengan sia-sia meronta dan menjerit saat Ta menindih tubuhnya yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Gadis itu bahkan tidak bisa untuk sekedar merapatkan pahanya yang terkangkang lebar.
Pekikan Wulan tertahan sumpalan celana dalam saat Ta meremas buah dada gadis itu dengan kerasnya. Rontaan dan pekikan gadis cantik itu sama sekali tidak digubris. Ta kemudian menempatkan kejantanannya tepat di depan bibir kemaluan Wulan.
“Diam Sayang! Jangan takut, enak sekali kok! Nanti pasti kamu ketagihan. Sekarang biar Kangmas ambil perawanmu…” sambil berkata begitu Ta menghujamkan kejantanannya memasuki hangatnya keperawanan Wulan.
Selaput dara gadis itu terasa sedikit menghalangi, namun bukan tandingan bagi keperkasaan kejantanan Ta yang terus menerobos masuk.
“Haanggkk..! Aahhkk..!” Napas gadis itu terputus-putus dan matanya yang bulat indah terbeliak lebar saat Wulan merasakan perih tiba-tiba menyengat selangkangannya.
Tubuh montok gadis itu tergeliat-geliat merangsang dengan napas tersengal-sengal sambil terpekik tertahan-tahan ketika Ta dengan perkasa menggenjotkan kejantanannya menikmati hangatnya kemaluan perawan Wulan yang terasa begitu peret. “Aahh… enak sekali tempikmu… aahh… Wulaaanh… enak kan Nduk..? Terus ya Nduk..?” Ta mendesah merasakan nikmatnya mengambil kegadisan si kembang desa.
Wulan sambil merintih tidak jelas menggelengkan kepala dan meronta berusaha menolak, namun semua usahanya sia-sia, dan gadis itu kembali terpekik dan tersentak karena Ta kini dengan kuat meremasi kedua payudaranya yang kencang menantang. Memang benar kata orang, gadis seperti Wulan memang sangat memuaskan, wajahnya yang cantik, buah dadanya yang tegak menantang bergerak naik turun seirama napasnya yang tersengal-sengal, tubuhnya yang montok telanjang
bersimbah keringat, kedua pahanya yang mulus bagai pualam tersentak terkangkang-kangkang, bibir kemaluannya tampak megap-megap dijejali kejantanan Ta yang begitu besar. Sementara dinding kemaluannya terasa seperti mencucup-cucup tiap kali gadis itu terpekik tertahan. Wulan dengan airmata berlinang merintih memohon ampun, namun tusukan demi tusukan terus menghajar selangkangannya yang semakin perih. Payudaranya yang biasanya tersenggol pun terasa sakit kini diremas-remas tanpa ampun. Belum lagi rasa malu diikat dan ditelanjangi di depan orang yang tidak dikenalnya, lalu diperkosa tanpa dapat berkutik. Rasanya bagai bertahun-tahun Wulan disetubuhi tanpa mampu melawan sedikitpun.
“Hhh..! Wulanh..! Wulaann..! Sekarang Mas bikin kamu hamil, sayangghh..! Aah… ambil Nduk! Nih! Nih! Niih..!” Tanpa dapat ditahan lagi Ta menyemburkan spermanya dalam hangatnya kemaluan Wulan sambil sekuat tenaga meremas kedua payudara gadis itu, membuat Wulan tergeliat-geliat dan terpekik-pekik tertahan sumpalan celana dalam di mulutnya. Kepala gadis itu terasa berputar menyadari ia akan hamil. Perlahan pandangan gadis itu menjadi gelap.
Wulan kembali tersadar oleh dengusan napas di depan wajahnya. Sebelum sadar sepenuhnya, sengatan perih di selangkangannya membuat gadis itu terpekik dan meronta. Namun tangan dan kakinya tidak mau bergerak, dan pekikan-pekikannya tidak dapat keluar. Dengan gemas Ta kembali menggenjotkan kejantanannya menikmati keperawanan Wulan. Ta tidak tahan lagi untuk tidak kembali menggagahi gadis itu, memandanginya tergolek telanjang bugil tanpa daya di atas ranjang. Pahanya yang putih mulus terkangkang seolah mengundang, bibir kemaluannya yang berambut jarang terlihat berbercak merah, tanda Wulan memang betul-betul masih perawan, tadinya.
Kedua payudara gadis itu berdiri tegak menjulang, dengan puting susu yang kemerahan menggemaskan. Sementara wajahnya yang manis dan bau tubuhnya yang harum alami sungguh membuat Ta lupa diri. Dengan istri muda seperti Wulan, ia tidak akan mau tidur sekejap pun, tidak perduli gadis itu suka atau tidak.
“Aah..! Ahk! Angkung (ampun)..! Aguh (aduh).. hakik (sakit).. angkung (ampun)..!” Wulan merintih-rintih tidak jelas dengan mulut tersumpal celana dalam di sela-sela jeritan tertahan. Tanpa mampu merapatkan pahanya yang terkangkang, gadis itu merasakan kemaluannya semakin perih tiap kali Ta menggerakkan kejantanannya. Tiap detik, tiap genjotan terasa begitu menyakitkan, Wulan berharap kembali pingsan saja agar perkosaan ini segera berlalu.
Namun gadis itu tanpa daya merasakan bagian bawah tubuhnya terus ditusuk-tusuk benda yang begitu besar.
Ta semakin giat menggenjotkan kejantanannya dalam hangatnya kemaluan Wulan yang peret dan mencucup-cucup menggiurkan. Istri barunya ini memang pintar memuaskan suami di atas ranjang. Apalagi kalau nanti diajak tidur beramai-ramai bersama satu atau dua istrinya yang lain. Membayangkan meniduri dua atau tiga gadis sekaligus membuat Ta semakin bersemangat menyodok kemaluan Wulan, semakin cepat, semakin dalam.
Ta merasakan kejantanannya menyentuh dasar kemaluan gadis itu bila disodokkan dalam-dalam. Wulan sendiri hanya merintih tampak pasrah mempersembahkan kesuciannya pada Ta. Airmata gadis itu tampak berlinang membasahi pipinya yang kemerahan. Tubuh montok gadis itu tergelinjang-gelinjang kesakitan tiap kali kejantanan Ta menyodok masuk dalam kemaluannya yang begitu sempit. Dengan menggeram seperti macan menerkam mangsa, Ta dengan nikmat menyemburkan sperma dalam kehangatan tubuh Wulan yang terpekik tertahan-tahan.
Semalam suntuk Ta dengan gagahnya memperkosa Wulan, setidaknya lima kali gadis itu disetubuhi tanpa daya. Entah berapa kali Wulan pingsan ketika Ta mencapai puncak, hanya untuk tersadar ketika tubuhnya kembali dinikmati dengan buasnya. Selangkangan gadis itu terasa perih dan panas, seperti ditusuk-tusuk besi yang merah membara. Payudaranya serasa lecet diremas habis-habisan, terkena semilir angin pun perih. Punggung gadis itu perih tergores kuku Ta.
Namun siksaan tanpa belas kasihan itu tidak kunjung usai, bagai tidak mengenal lelah kejantanan Ta terus bertubi-tubi menusuk dalam-dalam, kedua tangannya seperti capit kepiting terus mencengkeram buah dada Wulan. Sementara gadis itu dengan tangan dan kaki terikat erat tidak mampu berkutik, apalagi menghindar atau mencegah. Bahkan menjerit pun Wulan tidak mampu, tenaganya sudah habis dan sumpalan celana dalamnya sendiri membuat pekikannya hanya seperti erangan. Bagai berabad-abad Wulan dibuat bulan-bulanan tanpa daya.
Dari sela-sela jendela yang tertutup, sinar matahari pagi menerobos masuk. Dengan lemas Ta berbaring di sisi Wulan yang terisak-isak. Sungguh luar biasa istri barunya ini, semalam suntuk gadis ini mampu melayani suaminya. Dari jam tujuh malam sampai jam enam pagi, dalam sebelas jam gadis itu mampu lima-enam kali memuaskan suaminya, meskipun harus sedikit dipaksa. Kalau saja kemarin tidak minum obat kuat, mungkin saja pagi ini Ta tidak dapat bangun. Sambil tersenyum lebar, Ta bangkit dan mengenakan pakaian.
Perlahan Ta membuka sumpalan mulut Wulan. Gadis itu sendiri masih telanjang bulat dengan tangan dan kaki terikat terentang lebar. “Nduk, kalau jadi istriku, kamu minta apa saja pasti aku beri. Mau kalung? Gelang? Rumah? Sepeda motor? Jangan takut, sebagai istri orang kaya, semua keinginanmu akan terkabul.”
“Nggak mau… lepasin Wulan… Wulan mau pulang..!” isak gadis itu menghiba.
“Rumah kita sekarang di sini Nduk, kamu sudah jadi istriku.” bujuk Ta. “Enggak… enggak mau. Wulan mau pulang!” gadis itu berusaha meronta tanpa hasil.
“Jangan buat suamimu ini marah, Nduk! Kamu sudah jadi istriku, aku bebas berbuat apa saja dengan kamu! Jangan keras kepala!” seru Ta jengkel.
Wulan sambil terisak terus menggelengkan kepala. Berulangkali bujukan dan ancaman Ta tidak dihiraukan Wulan, membuat Ta naik pitam. “Baik, jadi kamu tidak ingin jadi istriku. Baik, kamu sendiri yang minta, Nduk! Jangan salahkan aku kalau aku bertindak tegas!” kata Ta sambil membuka ikatan kaki Wulan.
Ta kemudian membuka ikatan tangan gadis itu dari besi ranjang, namun kedua pergelangan tangannya tetap terikat erat. Lalu dengan menarik ujung tali yang mengikat tangan Wulan, Ta menyeret gadis yang masih telanjang bulat itu keluar kamar. Karena tubuhnya masih lemas, Wulan tidak kuasa menolak dirinya yang masih bugil diseret sampai ke jalan desa yang terang benderang.
“Hei, lihat! Lihat ini! Sungguh memalukan!” seru Ta sambil menyeret gadis yang mati-matian berusaha menutupi ketelanjangannya. “Ada apa Pak Ta? Apa yang terjadi?” tanya orang-orang desa yang segera saja mengerumuni keduanya.
“Lihat ini! Perempuan ini sudah membuat desa kita tercemar! Dia berzinah dengan laki-laki! Saya pergoki mereka di rumah kosong di tepi desa! Sayang laki-lakinya kabur, tapi saya tahu orangnya! Pasti nanti akan kita tangkap!” seru Ta berapi-api. “Tidak! Tidak.. tolong..!” sia-sia Wulan berusaha membantah, suaranya tertelan ramainya suasana.
“Lihat! Ini bukti perempuan ini sudah berzinah!” Ta menunjuk ke arah selangkangan gadis itu yang berbercak darah.
Kerumunan orang bergumam dan mengangguk-anggukkan kepala. “Tidak! Saya tidak ber…” perkataan Wulan terputus oleh teriakan salah seorang.
“Bawa ke balai desa! Biar dihukum adat di sana!” serunya. Seseorang lain menarik tali yang mengikat tangan Wulan dan menyeret gadis telanjang bulat itu menuju ke balai desa. Sepanjang jalan mereka berteriak-teriak, membuat semakin banyak orang keluar rumah melihat
Wulan yang bugil diseret. Anak-anak kecil berlari-lari mengikuti sambil tertawa-tawa mengejek.
Di balai desa, tepat di tengah pendopo, tali pengikat tangan Wulan ditarik ke atas dan diikatkan dengan tiang di atasnya. Kini gadis telanjang bulat itu berdiri tegak dengan tangan terikat ke atas. Wulan tahu bahwa hukuman bagi orang yang berzinah biasanya keduanya ditelanjangi, kemudian diikat seharian di balai desa. Seperti dirinya sekarang, namun ia hanya sendirian dan ia sama sekali tidak berzinah. Gadis itu diperkosa berkali-kali, lalu difitnah berzinah oleh pemerkosanya sendiri. Namun siasia gadis itu berusaha membantah, suaranya yang kecil hilang ditelan ramainya orang di sekitarnya. Dan kini ia berdiri telanjang bulat sendirian dikelilingi belasan warga.
Isakan tangis Wulan semakin keras mendengar tawa orang-orang yang mengelilinginya, berkomentar mencemooh tentang kemulusan tubuhnya, buah dadanya yang ranum kemerah-merahan bekas diremas, pantatnya yang bulat, pahanya yang mulus. Isakan gadis itu terhenti ketika sebuah truk berhenti di depan balai desa. Beberapa ibu-ibu yang turun dari truk terheran-heran melihat ke arah Wulan. Beberapa orang kemudian menurunkan barang-barang dari truk. Wulan tersadar, hari ini hari pasar, dan ratusan orang akan berkumpul hanya beberapa meter darinya. Ratusan orang akan melihat dirinya telanjang bulat tanpa tertutup sehelai benang pun.
Kepala gadis itu terasa berputar, saat Ta berbisik di telinganya, “Rasakan akibatnya kalau kamu tidak mau jadi istriku! Sekarang semua orang tahu kamu sudah tidak perawan, dan semua orang juga sudah pernah melihat kamu tanpa pakaian!” Perlahan gadis itu kembali terisak dan berpikir seandainya saja ia menerima menjadi istri Ta.

Cerita Nafsu Adik Ipar yang Masih SMP

Cerita Nafsu Adik Ipar yang Masih SMP -  Cerita cinta
 
 
Cerita Nafsu Adik Ipar yang Masih SMP
Cerita Dewasa Adik Ipar Masih SMP ini terjadi 2 tahun yang lalu ketika adik ipar ku masih kelas 2 SMP, Nama nya Indah (nama samaran) berumur 15 tahun bertubuh bongsor dengan tinggi 158 cm dengan ukuran taksiran BH 36 B yang sangat besar di banding dengan umur dia saat ini. aq hidup ber 3 dengan istri dan anak ku yang masih ber umur 1 tahun.
nama ku Romi bekerja sebagai surveyor di perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan barang elektronika, perkerjaan yang ku jalani ini sebenarnya sangat berat karena  aq pergi kerja pukul 8.00 WIB dan pulang terkadang sampai larut malam, dengan penghasilan yang mencukup untuk kehidupan keluarga kecil ku. aq tinggal dirumah kontrak dengan kamar 1 sehingga istri dan anak ku harus ku tinggal setiap harinya, terkadang aq sayang melihat keadaan istri ku, tetapi hanya ini pekerjaan yang dapat ku lakoni sehingga aq harus meninggalkannya dirumah dengan anak ku.
Melihat kondisi seperti itu Mertua ku mengambil inisiatif untuk menyuruh adik ipar ku agar tinggal sementara dengan keluarga ku, berhubung jarak rumah ku dan sekolah adik ipar ku sangat dekat (+ 500 M). sebenarnya aq merasa keberatan dengan kehadiran adik ipar ku, karena biaya kehidupan dikeluarga ku menjadi bertambah, padahal untuk biaya makan dan transport untuk dan keluarga ku terkadang harus mengutang, tetapi demi istri ku terpaksa aq menerima tawaran yang di berikan mertua ku.
Dengan adanya adik ipar ku kehidupan di keluarga mulai agak berubah, istri ku sudah mulai mudah dalam mengurus rumah tangga dan membersihkan rumah, sementara setelah pulang sekolah adik ipar ku menjaga anak ku. istri ku dan adik ipar ku tidur dikamar dan aq tidur diruang tamu (didepan TV) karena aku pulang larut malam.
Dalam kehidupan sehari2 kami tidak ada masalah, keuangan pun mulai meningkat walau ada adik ipar ku dirumah, mertua ku sering mampir kerumah sekedar bermain dengan cucu nya dan melihat anak nya yang dititip dirumah kami, sedangkan dari segi rohani jelas kami serba kekurangan, karena ada adik nya dirumah kami. akhirnya aq hanya melampiaskan dengan cara menonton film bokep melalui DVD dan HP yang ku miliki, terkadang aq mengajak istri ku untuk tidur dengan ku diruang tamu hanya sekedar untuk berhubungan badan, setelah selesai istri ku kembali lagi kekamar dan tidur dengan adik nya.
Kehidupan itu aq lalui setiap hari, hingga suatu saat ketika aq dan istri ku berhubungan tubuh aq melihat bayangan sekilas yang sedang mengintip kami berhubungan, aq diam saja seakan tidak ada seorang pun yang melihat kami berhubungan badan diruang tamu. Kejadian itu berulang terus setiap kami berhubungan badan hingga aq tidak dapat merasakan kepuasan karena aq hanya mengawasi bayangan yang mengintip tersebut.
Hingga suatu saat aq menghidupkan lampu ruang tamu ditempat aq tidur agar dapat melihat siapa yang sedang mengintip kami, dan ternyata aq berhasil mengenali siapa yang sedang mengintip kami berhubungan badan dan adik ipar ku sendiri (sebenarnya tanpa dihidupkan lampu aq juga sudah tau pasti siapa yang mengintip, kan supaya lebih meyakinkan, heheheheheh….).
Pada suatu hari ketika aq libur pada hari minggu aq memiliki kesempatan untuk berbicara dengan adik ipar ku karena istri ku pergi ke undangan dengan membawa anak ku, aq diajak tapi karena aq lagi lelah jadi aq menolak untuk ikut serta ke undangan tersebut. Aku bertanya kepada adik ku “gimana sekolahnya “, dia menjawab “ya seperti biasa belajar, mencontek, bergosip disekolah ya gitu lah disekolah” jawabnya.
sudah ada cowok nya belum” tanyaku
ya belum ada lah” jawab nya singkat sambil tersenyum.
ah yang bener, masa jawabnya sambil cengengesan gitu, hehehehehehe….“, dia nya semakin tertunduk dan ku lihat mukanya merah padam.
y udah kalo gak mau jawab gpp kok” ucap ku sambil tersenyum.
Tak lama setelah percakapan itu istri dan anak ku pulang bersama dengan mertua ku. Percakapan itu menjadi awal ke akraban kami (dari mulai menikah kami tidak pernah berbicara). Suatu hari aq pulang lebih awal, pukul 17.00 WIB aq telah pulang kerumah karena tidak ada pembeli yang harus disurvey, anak ku sangat senang melihat kepulangan ku hingga aq ingin membawa anak ku jalan2, tetapi istri ku tidak mau karena dia terlihat sangat lelah, jadi aq mengajak adik ipar ku dan dia pun mau untuk ikut dengan ku.
Anak ku kalau diajak jalan tidak pernah mau duduk dibelakang, mau nya duduk didepan, karena tangan nya belum dapat mencapai setang motor ku jadinya harus dipegang dari belakang, jadi adik ipar ku memegangnya hingga toket nya menyentuh punggung ku. Terkena tekanan toket yang empuk mengakibatkan tongkol ku menegang dengan keras (maklum sudah 1 minggu gak tersalurkan). Terkadang aq sengaja mengerem laju motor ku agar toket adik ipar ku menekan punggung ku. Aku melihat adik ipar ku biasa saja dan terkesan sengaja dibiarkan toket nya menempel di punggung ku.
Malam harinya aq mengajak istri ku berhubungan, aq melihat ada bayangan yang sudah sering aq lihat ketika aq berhubungan badan dengan istri ku. ketika selesai istri ku tergeletak sehingga tertidur didepan ruang TV, sedangkan aq pergi kekamar mandi untuk membersihkan sisa2 pertarungan ku dengan istri ku. Ketika aq melewati kamar aq lihat pintu kamar terbuka sedikit dan aq mendengar ada suara erangan tertahan dari dalam kamar, jadi aq pun mengintip untuk mengetahui asal suara itu, aq terkejut ketika ku lihat adik ipar ku sedang menggosok2 kelentit nya (masturbasi) sendiri sambil mengerang dan mengenjang seperti orang yang sedang berorgasme. Aq segera mengambil HP ku dan mendokumentasikan dengan kamera video.
Ke esokan hari nya ketika aq sedang libur aq bangun agak telat dan ketika bangun aq melihat kondisi rumah sepi hanya ada adik ipar ku sendiri yang sedang menonton film Korea kesukaannya di DVD.
“mana kakak mu” tanya ku
“pergi kerumah nenek, diajak sama mama tadi” jawab adik ku
“ada pesan tidak” tanya ku
“ntar jam 04.00 sore disuruh jemput” jawab nya
“kenapa tadi gak dibanguni aja abg ??” tanya ku
“sayang kakak liat abg enak x tidur nya” jawab adik ku
aq langsung bangun dan pergi mandi, selesai mandi aq lihat masih pukul 10.00 wib, jadi masih lama waktu ku untuk menjemput istri ku. Aq mendekati adik ipar ku sambil merokok dan ikut menonton DVD yang ternyata film nya seru juga, yaitu tentang percintaan antara suami dan adik ipar nya. Aq teringat dengan kejadian semalam, iseng2 aq bertanya kepada adik ipar ku
“semalam tidur nya nyenyak x ya, sampai menggigau” tanya ku, dia diam saja sambil bertingkah agak aneh, melihat gelagatnya yang aneh membuat ku semakin yakin kalau dia masturbasi setelah melihat aq dan istri ku berhubungan badan.
“udah gpp, bilang saja sama abg kalo ada masalah” ucap ku, dia diam saja
“semalam abg liat adik mengintip abg, apa bener ?” aq bertanya dengan tenang
“iya” jawab nya singkat
“kenapa ?” tanya ku
“awal nya cuma penasaran, kenapa di ruang tamu ada suara, setelah di liat indah kaget melihat abg meniduri kakak, tapi lama2 adik merangsang melihatnya” ucap dia dengan menundukkan wajahnya. aq kaget dengan penuturannya sambil berkata dalam hati bagaimana mungkin gadis se usia dia bisa merangsang melihat nya.
“trus indah mengintip waktu abg ML dengan kakak” tanya ku
“iya, habis rasanya kalo udah liat abg gituan sama kakak enak banget, apa lagi kalo sambil memegang ini indah” jawab nya sambil menunjuk ke arah memek nya.
aq tertegun mendengar penuturannya dan juga terangsang, apa lagi kalo melihat toketnya yang besar itu, mau saja aq meremas dan menjilat pentil nya, apa lagi memek nya pasti sangat enak dan masih sangat sempit, apa lagi dia masih SMP kelas 2. Aku mencoba memancing nya agar mau ML dengan ku.
“emang kalo ML indah mau” tanya ku, ku lihat muka nya memerah karena malu
“dari pada sendiri kan mending dengan abg” rayu ku sambil merangkul bahu nya
“jangan bang, ntar kakak marah” kata nya
“kakak kan lagi gak da, ntar jam 5 baru pulang, itu pun kan harus abg yang jemput” rayu ku
Dia diam saja ketika tangan ku mulai meraba toket nya, rasa nya empuk banget ketika tangan ku meremas toket nya, nikmat sekali rasanya, tongkol ku juga tak mau ketinggalan hingga menegang dan mau melompat dari balik celana bola yang ku kenakan. Aku terus meremas dan mulai mencium lehernya, dia mulai menggeliat “geli bang” katanya, “nikmati aja” ucap ku sambil menjilat lehernya sementara tangan ku bergerak mencari jalan untuk meremas toketnya dari dalam bajunya. Adik ku ini ternyata binal juga, mungkin karena bulu tangannya yang panjang hingga nafsunya juga besar, tangannya mulai meremas tongkol ku dari balik celana pendek ku.
“dikamar aja yuk” ajak ku sambil menarik tangannya
ketika sampai dikamar aq keluar lagi untuk mematikan DVD dan mengunci pintu depan (kan kalo digrebek bisa berabe).
aq kembali kekamar sambil memeluk dan mencium bibir nya yang masih merah (maklum masih perawan), tangan kanan ku kembali meremas toket nya dari balik baju nya, terasa sudah mulai mengeras karena aku mulai merasakan putingnya yang mengeras dari balik BH nya, sementara tangan adik ipar ku semakin agresift meremas tongkol ku dan tangan kiri ku mulai meraba memeknya dari balik baju tidur nya.
Aku mencium dan menjilat lehernya hingga adik ipar ku pun mulai bersuara oh…ah…bang geli bang…ouch…..
Aku mengangkat kaos yang dikenakannya, awal nya di menolak, tetapi karena semakin intensif tangan ku menggosok memek nya akhirnya baju kaosnya bisa ku buka, hingga terlihat BH nya berwarna krim yang agak kecil dan tak sanggup menampung toket nya. ciuman ku turun dari leher menuju toket nya dan menghisap pentil toket nya, dia semakin merangsang hingga terus meracau sambil meremas tongkol ku dengan agak keras hingga terasa sakit, aq mencoba membuka kait BH nya dan berhasil membuka BH nya, sehingga toketnya langsung menyembul keluar, aq tertegun melihat toket adik ipar ku yang besar dengan pentil yang masih merah ciri khas seorang perawan.
ah…oh bang geli bang, enak bang, ouchhh
aq menidurkan tubuh adik ipar ku ke tempat tidur sambil terus menghisap pentil toket adik ipar ku sampai memerah dan membuat tato keren bergambar bibir di toket adik ipar ku. ciuman ku turun ke perut sambil menarik celana tidur nya hingga terlihat CD nya yang berwarna pink dengan gambar hello kitty tepat didepan memeknya, ku lihat bulu jembut nya yang tebal sampai keluar dari CD nya, aq terus mencium perutnya dan meraba memeknya hingga terasa ada bercak di depan pintu kenikmatannya. CD nya kutarik sambil terus kucium memek perawannnya, kulihat dia memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawah nya menahan gejolak birahi nya, akhirnya CD nya terlepas dari kaki nya dan aq berdiri sejenak memperhatikan tubuh nya yang bugil tanpa seutas benang.
Perlahan dia membuka mata dan reflek tangannya menutup memeknya, aku membuka tangannya dan langsung menyerbu memeknya dengan ciuman dan sedotan yang agak kuat hingga dia meracau ah….och……hmmmm….bang…..ouch….trus bang…..enak bang….ah…..
10 menit aq menjilat memeknya sampai akhirnya dia menekan kepala ku dengan keras ke arah memeknya serta menjepit kepala ku dengan kedua paha nya, pantatnya menekan keatas, badannya bergetar hebat diiringi dengan jeritan yang agak keras…
cret…cret…cret……….ah…ah….ah….bang..ouchh……..ahhhhhhhhh……………..
5 menit kepala ku tertahan di depan memeknya sambil terus menjilat cairan yang keluar dari lubang kenikmatannya, hingga akhirnya dia melemas…
aq membuka celana pendek dan CD ku hingga tongkol ku keluar dari sarangnya, aq menjulurkan tongkol ku tepat didepan bibir nya, dia membuka mata dan terkejut melihat tongkol ku yang besar dengan diameter 17 cm sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“isap tongkol ku indah” ucap ku
dia menggelengkan kepala sambil berkata “jorok bang”, “gak, coba aja dlu, tadi aja abang jilat memek indah”. akhirnya dia mau juga membuka mulutnya, pertama2 terasa sakit karena tongkol ku kena gigi nya, aq menyuruhnya agar tidak terkena gigi nya, dia melakukannya dengan baik, 30 detik dia sudah mulai jago hingga  aq merasa ke enakan sambil memajukan dan memundurkan tongkol ku dimulutnya.
15 menit dia menghisap dan mengkulum tongkol ku, terasa ada yang mau keluar, aq pegang kepala nya sambil membuang semua peju ku kemulutnya, cott….crot…crot….5 x aq semburkan peju ku didalam mulut nya, terlihat dia megap2 sambil menelan semua peju ku dan terlihat ada yang menetes disela2 bibirnya.
aq duduk sebentar sambil melihat dia tidur telentang dengan mulut terbuka, terlihat sisa2 sperma ku disela2 bibir nya. aq mencoba menaikkan birahinya dengan meremas2 toketnya dan menghisap pentilnya lagi, hasilnya dia mulai terangsang lagi dan ketika tangan ku menggosok memeknya dia mulai menjerit kecil lagi…ah…oh…trus bang…ouch…ah…..
ketika ku rasa cukup, aq mengambil posisi untuk memasukkan tongkol ku kedalam memeknya, aq menggesekkan tongkol ku di memeknya dan mencoba menekan ketika posisi nya tepat didepan lubang kenikmatannya.
“jangan bang, indah takut hamil” katanya
“tenang indah gak akan hamil kok” ucap ku untuk menenangkannya
kepala tongkol ku mulai masuk sedikit kedalam lubang kenikmatannya, dia menjerit “sakit bang”, “tahan dikit ya, sakitnya cuma sebentar kok”, aq menekan sedikit demi sedikit sambil menikmati jepitan memek perawan adik ipar ku.
berkali-kali usaha ku gagal, karena memeknya sangat sempit untuk dimasuki tongkol ku, 10 menit aq berusaha akhirnya tongkol ku mulai masuk kedalam memeknya dan terasa ada yang mengganjal.
kulihat wajahnya mengkerut menahan rasa sakit, aq mencium bibir dan meremas toketnya untuk mengurangi rasa sakit memeknya sambil memompa tongkol ku yang belum sempurna masuknya, hasil nya dia mulai meracau ahh…ouch…ah…
“masih sakit” tanya ku, dia cuma menggelengkan kepala nya sambil terus meracau ouch…terus bang….
ketika kurasa penertrasi ku cukup aq menyumpal bibir adik ipar ku dengan bibir ku dan menekan pantat ku hingga tongkol ku masuk sempurna, terasa sakit di tongkol ku dan ketika masuk seperti ada yang koyak, sret…….bless…….. dinding memeknya menjepit tongkol ku, aq mendiamkan tongkol ku untuk membuat memeknya terbiasa dengan tongkol ku dan menikmati remasan2 dinding memeknya.
punggung ku dicakar adik ipar ku hingga berdarah, dan ketika kulepas bibir ku dia menangis sambil berkata “sakit bang”
“tahan aja, bentar lagi ilang kok sakit nya” ucap ku untuk menenangkan nya
aq menjilat leher dan meremas toket nya sambil melihat wajah nya, kulihat dia sudah agak tenang langsung aq genjot secara perlahan, dia meracau sambil menarik sprei tempat tidur ku.
“masih sakit” tanya ku sambil tetap mengenjot memek nya
“ah…enak bang….trus bang….yang dalam….”, aq semakin semangat mendengar ucapannya sehingga tempo nya kupercepat..
ouch….ah…..bang….trus…aaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh cret…cret..cret
lubang memeknya semakin basah ketika dia orgasme dan kulihat dia mengangkat pantatnya keatas sambil menikmati orgasme nya. tongkol ku seperti diremas-remas dan dihisap kedalam memeknya, orgasme yang luar biasa, padahal baru 5 menit aq menggenjotnya.
aq tidak mau menunggu dia selesai orgasme, langsung aq genjot dengan tempo sedang sambil meremas toketnya, ternyata nafsu nya tinggi juga
baru sebentar aq mengenjot adik ipar ku langsung naik sampai meracau dan menarik-narik rambut ku.
ahhhhh……oh…….hm…….ah……..enak bang, terus bang….ah………
10 menit sudah aq genjot adik ipar ku belum ada tanda2 kalau aq akan keluar, malah memek adik ipar ku meremas-remas dengan sangat kuat dan tak lama dia mengangkat pantat nya tinggi2 sambil menjerit….
ahhhhhhhh……………bang….ahhhhhhh…..cret….cret…..cret….. adik ipar ku orgasme lagi, kaki nya menjepit patat ku hingga aq tidak bisa bergerak.
setelah orgasme nya mereda langsung saja aq mengenjot memek adik ipar ku yang masih sangat seret, bahkan walau sudah di semprot dengan cairan cinta dari memek adik ipar ku, tetap aja memek nya seret dan tidak becek, makanya aq enggan berhenti menggenjot memek adik ipar ku.
30 menit sudah aq enjot memek adik ipar ku, sudah 5 x adik ipar ku orgasme, sprei tempat tidur ku sudah acak-acakan ditarik sama adik ipar ku dan ku lihat adik ipar ku sudah tidak sanggup lagi meracau, dia hanya menggit bibir bawah nya sambil menarik sprei dan menjambak rambut ku.
aq meningkatkan tempo permainan dengan kecepatan yang lumayan tinggi karena aq merasa sudah ingin mengakhiri permainan.
ahhhhhhhhhhhh…….ohhh…….ahhhhhhhhhhhhh…………trus bang, yang cepat yang dalam bang…ouchhhhhhhhhhh…..indah mau keluar lagi bang…..ahhhhhhh
tahan dikit ndah, kita keluarin sama2, ahhhh…….enak banget memek mu ndah….ahhhhhhhhhhhh
cret….cret…..cret……crot…..crot….crot……..kami keluar hampir bersamaan, banyak sekali peju ku yang keluar dari tongkol ku, sampai2 ada yang merembes keluar dari sela2 bibir memeknya.
tubuh ku terjatuh diatas tubuh nya yang basah karena keringat kami ber-2, nafas kami berdua terengah-engah sambil menikmati permainan yang ku lakukan bersama adik ipar ku. tongkol ku biarkan didalam sampai mengecil dan keluar dengan sendiri nya, ku lihat peju ku keluar dari lubang kenikmatannya dengan cairan cinta dan darah perawan milik nya.
dia menangis sambil berkata “indah udah gak perawan lagi”
aq terdiam mendengar ucapannya, sebenarnya aq menyesal karena telah memperawani adik ipar ku, namun semua sudah terjadi. aku hanya mencium kening dia dan menenangkan adik ipar ku agar tidak menangis lagi.
setelah kejadian itu, aku dan adik ipar ku tetap melakukan hubungan terlarang tanpa diketahui istri dan mertua ku. Terkadang kami melakukannya di rumah ku dan juga di rumah nenek nya disaat tidak ada orang dan hanya kami berdua saja.
demikian kisah nyata NAFSU ADIK IPAR YANG MASIH SMP yang pernah ku alami, cerita ini nyata dan bukan hasil rekayasa semata.

Kisah Saat Masih SMA

Kisah Saat Masih SMA -  Cerita cinta
 
Kisah Saat Masih SMA
 
Sebut saya namaku Sita. Aku adalah seorang cewek ABG yang tahun 2001 ini genap berusia 17 tahun. Aku bersekolah di sebuah sekolah asrama terkenal di kota M di Jawa Tengah. Kata teman-temanku sih aku cukup manis dengan tubuh yang cukup bagus, dan itu dikatakan oleh hampir semua temanku, baik cewek maupun teman cowokku. Memang sih aku merasa sangat PD dengan ukuran dada 36C dan tinggi 167 cm.

Ceritaku bermula saat liburan kenaikan kelas 3 kemarin, yaitu saat aku pulang kampung ke kota kelahiranku, Yogya. Di sana aku bertemu dengan kawan lamaku yang bersekolah di sana, sebut saja namanya Kresna. Dua tahun tak bertemu ternyata membuatnya banyak berubah. Kresna yang dulu orangnya brengsek, sekarang menjadi terlihat menjadi lebih sopan dan ramah sama teman-teman. Waktu kutanya salah seorang sahabatku yang pernah dekat denganku dan kebetulan dia satu sekolah dengan Kresna, dia berkata kalau Kresna memang sudah berubah sejak dia ditinggal cerai orang tuanya. Berhubung dulunya aku pernah naksir sama Kresna, yah... soalnya dia lumayan cakep untuk ukuran cowok, maka aku mencoba untuk mendekatinya lagi, itung-itung kan kesempatan. Maka saat dia sedang duduk sendiri pada salah satu acara reuni yang diadakan di rumah temanku, Mira,aku mencoba ngobrol banyak dengan Kresna mulai dari cerita semasa SMP sampai soal "apa yang telah membuat dia banyak berubah." Eh... ternyata dianya terbuka sekali sama aku, terus terang aku juga kaget saat mendengar cerita tentang keluarganya yang sungguh amburadul. Kresna juga bercerita kalau selama ini yang bisa menghiburnya cuma teman-temannya.

Malam itu, seusai acara reuni di rumah Mira, aku minta pulang diantar Kresna dan dianya tidak menolak. Aku seneng sekali, ternyata ada juga yang mau memperhatikanku.

Setelah sampai di rumah, aku langsung menuju kamar tidurku di kamar depan. Aku suka kamar itu karena letaknya di sebelah kamar tamu dan dari situ aku bisa melihat pintu gerbang, soalnya aku selalu ingin tahu siapa saja yang datang. Tapi saat itu aku benar-benar berharap kalau Kresna yang datang di malam minggu dan mengajakku jalan-jalan naik motor sport-nya, dan cat kuningnya itu seperti warna kesukaanku.

Kudengar telepon kamarku berdering dan kuangkat, "Hallo? Siapa ya?" begitu biasa kusapa lawan bicaraku di telepon. Dari seberang sana kudengar suara seorang cowok yang sepertinya masih asing bagiku, "Hallo. Ini Kresna, kamu Sita kan?" Begitu kudengar kalau Kresna yang telepon rasanya aku seakan melayang. Sueeerrr dah.. Aku masih bingung kok dia tahu nomor teleponku dan aku pun menanyakannya. Dia mengaku tahu nomerku dari temannya, tapi dia tidak mau memberi tahu siapa. Tanpa ba..bi..bu dia langsung mengajakku jalan-jalan malam minggu berikutnya. Entah kenapa aku langsung mau tanpa berpikir panjang.

Singkat cerita, malam minggu berikutnya Kresna menjemputku jam 7 tepat sesuai janjinya. Kami langsung berputa-putar kota dengan motor NSRR-nya yang berwarna kuning tua itu. Saat memboncengnya itulah kuberanikan diri untuk bersandar pada punggungnya yang bidang. Bahunya yang tampak kekar sungguh membuat hatiku sangat berdebar-debar, belum lagi lengannya yang kekar yang tampak jelas karena ia saat itu hanya mengenakan kaos ketat dengan lengan pendek.

Setelah dinner di angkringan, dia mengajakku untuk ke tempat kost temannya, dan herannya aku manut saja tanpa curiga apa-apa. Di kamar kost temannya itu, dia menawariku secangkir teh hangat. Biar tidak kedinginan, katanya. Pertama sich aku menolak, tapi akhirnya mau aja, soalnya tidak enak karena dia sudah capek-capek masak air buat bikinin aku teh.

Baru kuminum tiga perempatnya, kepalaku langsung puyeng nggak karuan. Aku langsung ingin protes pada Kresna, tapi aku sudah nggak kuat ngomong, apalagi gerak. Akhirnya aku langsung tidak ingat apa-apa lagi. Begitu aku bisa membuka mata lagi, aku sudah dalam posisi terikat di ranjang besi. Kedua tangan dan kedua kaki terikat dengan tali plastik pada keempat sudut ranjang. Aku ingin berteriak, tapi kepalaku masih puyeng dan mulutku juga sudah disumpal kain. Aku benar-benar tidak mengira akan begini jadinya, Kresna yang selama ini kuanggap cowok baik ternyata cuma menginginkan tubuhku saja.

Dengan tenang Kresna mengeluarkan sebilah cutter dari sakunya dan langsung digunakannya untuk merobek bagian depan bajuku. Dengan wajah tanpa dosa, langsung ditariknya kaosku hingga lepas. Aduh, Mak Nyak!! Ternyata dia seorang pemerkosa yang cukup profesional. Sungguh aku terkejut mengetahui hal ini. Dengan malu-malu aku pura-pura tertidur lagi, tapi ternyata dia lebih cerdik. Dia menggelitikiku dengan cutternya sehingga aku merasa sakit. Namun lama-lama aku pun menjadi tidak tahan ketika Kresna meremas kedua payudaraku dengan kakinya. Saat aku baru mencapai puncaknya, tiba-tiba aku mencium sesuatu yang bau dari kakinya. Terus terang aku merasa terganggu namun karena mulutku disumbat maka aku pun diam saja. Kulihat dia sadar akan kekurangannya itu dan segera keluar untuk mencuci kaki.

Setelah masuk kamar, dia melepas kaos oblong dan celana jeansnya, menyisakan celana dalam Hings yang sudah bolong di sana-sini. Dengan cutternya ia berusaha memutuskan tali braku tapi rupanya cutter saja tak cukup kuat, sehingga ia mengambil gunting rumput besar dari laci meja lalu mencoba menggunakannya untuk memutuskan tali braku, tapi tetap tali itu belum mau putus. Setelah lama mencoba, ia pun menyerah lalu ia pun membukanya dengan cara biasa.

Setelah bra-ku terlepas dan buah dadaku telanjang, Kresna langsung diam tak berkedip dan kulihat ia pun mulai mimisan. Tapi dia tidak menyadarinya, sehingga dia tetap nekat menempelkan wajahnya di tengah-tengah payudaraku, dia mulai melancarkan beberapa gigitan kecil pada puting payudaraku. Aku tak mampu menahan geli dan rasa nikmat yang bersamaan, sehingga aku menahan tawa dan desah secara bergantian. Melihat hal itu dia bukannya kasihan tapi malah semakin bersemangat melancarkan serangan-serangan berikutnya.

Kulihat ia semakin tidak sabar melakukan penetrasi terhadapku, kelihatan dari caranya membuka reitsleting celanaku dengan tergesa-gesa. Setelah berhasil, ia justru semakin bingung karena di balik celanaku telah terpasang celana dalam kulit yang dilengkapi dengan kode pengaman. Celana itu sebenarnya adalah Pengaman Anti Pemerkosaan milik kakak perempuanku. Kakak perempuanku baru saja membelinya siang tadi sehingga belum menyetel nomer sandinya, masih 000. Tanpa pikir panjang Kresna mencoba menariknya, tapi gagal. Ia mencoba memotongnya dengan cutter, gagal. Ia mencoba memotong dengan gunting rumput, gagal. Dengan bermandi keringat, ia mengenakan celana panjangnya lalu keluar kamar.

Sesaat kemudian ia kembali dengan seorang temannya yang membawa sebuah gergaji. Ia lalu mencoba memutuskan pengamanku dengan gergaji kayu itu, tapi tetap gagal. Aku hanya berdoa semoga mereka segera menyerah, tapi temen Kresna malah iseng memencet tombol pembuka. Karuan saja kuncinya yang masih terpasang 000 langsung terbuka. Hal itu membuatku semakin pasrah dan sebaliknya,mereka ketawa senang sampai berjingkrak-jingkrak segala.

Melihat kemaluanku yang begitu terawat, Kresna dan temannya saling berebut untuk menjamahnya duluan. Maka setelah "suit" ternyata Kresna yang menang dan temannya itu menunggu di luar. Aku masih bisa melihat "konaknya" Kresna yang sudah tidak tertahankan lagi. Entah liat dari film BF atau dari mana dia mulai menjilati kemaluanku, dan aku mulai tidak tahan sehingga kakiku mulai menendang-nendang dengan buas hingga ranjang yang kami tempati mulai bergoyang kesana kemari. Namun dia tetap kalem dan tidak merasa terganggu atas tingkahku tadi. Sebentar-sebentar dia melihat wajahku dan karena itulah secara tak sengaja dia menggigit bulu kemaluanku sehingga menyelip diantara giginya. Kulihat dia cukup kerepotan untuk mengambil dengan kukunya, maka dia mulai mencari tusuk gigi dan akhirnya berhasil juga bulu itu keluar dari sela giginya.

Setelah menurutnya pemanasannya cukup, ia melepas celana dalamnya, memperlihatkan penis yang kurus panjang dengan bulu lebat yang disemir pirang dan dikepang dua. Tanpa aba-aba dia langsung mendorongkan burungnya itu dengan susah payah, tapi aku bahkan tak merasa apa pun. Namun demikian, Kresna masih tampak bersemangat menggerakkan pantatnya maju-mundur. Ketika ia melihat ke bawah, ia terkejut karena ia ternyata salah memasukkan burungnya ke dalam lubang di kasur. Ia pun buru-buru menariknya keluar dengan susah payah, lalu langsung mengarahkannya ke sasaran yang tepat, kemaluanku. Dengan sekali hujam, penisnya langsung menembus selaput darakuhingga terasa darah mengalir di kemaluanku. Melihat aku masih perawan, Kresna semakinbersemangat menggerakkan pinggulnya. Hanya selang semenit kemudian ia sudah merem melek, lalu terasa cairan hangat menyembur dalam liang wanitaku. Entah kenapa secepat itu, mungkin terlalu lama pemanasan dengan kasur.

Kulihat Kresna bergegas memakai bajunya dan tak lupa celana dalam serta celana jeansnya, setelah itu dia keluar dari kamar. Dari dalam kamar aku bisa mendengar suara beberapa orang berbicara, aku masih takut dan kesakitan atas apa yang baru saja kualami tadi bersama Kresna, aku cuma bisa berharap semoga kejadian tadi tidak terjadi lagi padaku, namun entah mengapa aku masih merasa nafsu seksku kurang terpuaskan.

Tiba-tiba pintu dibuka dan masuklah teman Kresna yang meminjamkan gergaji kayu tadi, namunitu pun belum cukup karena di belakangnya masih berdiri beberapa oarang lagi. Kemudianaku mulai menghitungnya, satu.. dua... tiga... dan ya ampun!, ternyata ada tujuh termasuk teman Kresna yang tadi. Ternyata mereka lebih tahu apa yang harus dilakukan terhadap cewek sepertiku. Mereka mulai bertelanjang bulat dan pakaiannya berhamburan di mana-mana. Kamar itu menjadi mulai panas sehingga keringatku semakin banyak menetes. Salah seorang diantaranya membuka sumbat mulutku, namun segera menyumbatku lagi dengan batang kemaluannya yang cukup besar hingga aku menjadi tersedak. Aku merasakan ada yang bergerak di dalam kemaluanku, ternyata ada yang memasukkan batang kemaluannya juga di kemaluanku itu. Sepasang payudaraku juga tidak terlewatkan oleh mereka, ada yang mengulum sebelah kiri dan ada yang memainkan lidahnya di puting payudara kananku. Ada seorang yang melepaskan ikatan kakiku dan aku senang sekali. Ternyata aku terlalu cepat senang karena ternyata dia ingin memasukkan penisnya ke dalam anusku, dan yang masih menunggu giliran mencoba untuk menggerayangi tubuhku sambil mencoba mengocok batang kemaluannya sendiri.

Dengan penuh nafsu berahi, mereka bertujuh bergantian memasukkan kemaluan mereka yang beraneka bentuk dan ukuran ke penjuru lubang di tubuhku, mulai dari kemaluan, anus, mulut bahkan sampai pusar dan telingaku pun sempat tersembur sperma mereka.

Setelah bertarung beberapa ronde akhirnya mereka pun satu persatu jatuh tertidur di samping ranjang dengan rasa lelah namun puas. Setelah hari hampir menjelang pagi, Kresna masuk kembali ke kamar lalu dengan tenangnya membersihkan tubuhku, melepaskan ikatanku lalu membantuku memakai pakaianku. Lagi-lagi aku manut saja padanya, kali ini karena shock dan rasa sakit yang menyerangku. Setelah itu ia mengantarku pulang, dan di depan rumahku tak lupa ia memberi ciuman perpisahan yang mesra di pipi dan keningku.

Sekarang aku sudah kembali bersekolah di asrama ini sebagai siswi yang rajin dan baik, tanpa seorangpun tahu pengalamanku ini.

Malam Pertama, dengan Om ku Nakal

Malam Pertama, dengan Om ku Nakal -  Cerita cinta
 
Malam Pertama, dengan Om ku Nakal
 
“Vie…… kamu sudah makan ?? dari tadi belajar terus…. Aku denger suara dari paman ak , dari pintu kamar.
“Tanggung om…. Bentar lagi kelar nich makalahnya….” Jawab aku ke paman.

Hari demi hari kulihat om semakin perhatian saja ak. Memang sudah 4 tahun ini ak tinggal sama keluarga om . Maklum setelah lulus smu, ak berkeinginan kuliah dan karena tidak ada biaya, om aku ( adik dari mamah ) bersedia membiayai kuliah ak.

Kulihat sdh jam 12 malam, perut terasa lapar. Dan ak memasuki ruang makan, tersedia sate dan pecel ayam, beli dari warung sebelah. Kebetulan sdh 2 hari ini tante ak sedang mengikuti pelatihan dari kantornya. Ah nikmatnya menu hari ini dan baiknya om masih menyisakan makanan buat ak.

Sembari makan, di teko minuman masih tersisa teh hijau kesukaan ak. Enak sekali sehabis makan dan minum teh. Tidak berapa lama, ku denger suara om memanggil. Vie masih enakkan rasa sate nya ??
Barusan di hangatkan sate dan ayamnya. “Ia om… jawab ku, meng iyakan…” beberapa saat ku lihat wajah om, seperti samara samar… dan kepala ku terasa seperti ngantuk dan ada rasa pusing…….

Kok tiba tiba seperti ngantuk sekali yach, padahal barusan habis makan ya… , ada apa yach “Vie” ?? kamu sakit ??? . Gini om… kok “Vie” tiba tiba pusing dan sepertinya terasa ngantuk yach…
“oh…. Gitu yach…” ku lihat om mulai mendekati ak, dan dia memegangi kepala ak, “Vie” ..... bentar lagi kamu jadi sarjana dan semuanya om yg biayai kan….
Dan kulihat wajah om yg mulai mendekat ke ak, dan tangan kanan om mulai membelai rambut ak, pelan….. dan ak bingun sekali kok kepala ini makin pusing…. Apakah om ak menaruh sesuatu di makanan ataw minuman yg ada….

“Vie”….. om sayang sekali ke kamu….., kulihat tangan kiri om sudah mulai membelai “susu” ak, om…. Jangan …. Om... jangan ,
kucoba menepis tangan om, tapi dengan kondisi bdn yg sudah makin lemas….. ak mulai sadari, bibi om mulai mencium jidat, terus turun ke leher…. Dan sembari tangan om sudah makin turun membelai “ susu” ak..… dan om…… ucapan ak tertahan, karena om sudah mulai melumat bibir ak….

Kucoba utk mengontrol diri ku, tetapi kok ak tdk berdaya sekali….. apa ak sudah minum obat perangsang ?? om…. ?? teganya dirimu…. ?? …… kurasakan ada rasa yg mengelora didiri ku….
Tangan om sudah mulai membuka celana pendek ak, dan mulai memegang “ lubang surga ” ak…. Om…. Om….. desahan ak…. Semakin mengeras….

“Vie” ….om sayang kamu, kamu malam ini cantik sekali…..
Ku denger suara om yg halus…di kuping ku…… dan mulai lah om ….membuka kaos ketat ak dan bra 34 d ,

Woow…… bagus sekali “susu” mu Vie Sayang ….. ku lihat samar samar…..
Om mulai menyusu sembari tangannya semakin lembut mengosok , miss “v” ak…. Om….Please …. Please… Jangan Om… Jangan….. antara sadar…. Tidak sadar….. kulihat om mulai membopong badan ak ke tempat tidur…….

Kulihat bdn om yg sudah mulai telanjang, dan terlihat dadanya yg masih gagah, walah sudah memiliki anak yg sudah lulus sma ( om ak hanya punya 1 anak dan sekarang sdg kuliah di ausy ) , dan perlahan om, telah membuka seluruh helai tubuh ku……

“Vie”, tubuh mu Indah sekali dan sangat mulus kulitmu….. ku denger suara om ak memuji tubuhku…… dan bibir om mulai mencium setiap inci di tubuh ku … dan turun mulai menjilat miss “v” ku…. Dan ah….. ku rasakan ada gelombang didiriku…. Dan ah…. Gelombang itu sangat deras menjalar di tubuh ku…..ahhhhh….. ternyata ak sedang mengalami orgasme……

Semenit kemudian, kulihat om mulai menaiki tubuh ku, dan membuka selangkangan ku…. Kucoba kembali bicara…. Om…. Sudah ….om……. jangan…. , tapi sepertinya om tetap membuka selangkangan ak, dan kurasakan ada “sesuatu” yg memasuki miss “v” ak….. ahh… om… sakit…., “tenang ya “Vie”…. Nanti juga enak… kok…. Dan pelan di goyangnya tubuh ku…… ahhh enak sekali “Vie”….ku denger suara om ak… “tahan yach "Vie" sayang….. semakin di percepat gerakan om ak…. Tahan yach sayang….. nanti juga jadi enak….. om….. om…. Ahh…… kurasakan rasa sakit tadi menjadi rasa nikmat yg belum pernah kurasakan….. dan….. “Vie…. Sayang…. Vie….

Ku denger suara om mulai berteriak dg desahan yg semakin cepat dan jelas….. bersamaan itu om semakin mempercepat gerakannya…..ahhh.... Vie….. ohhhh… Vie..... enak sekali...... Vieeee...... sayang......
Dan akhirnya kurasakan ada semburan air anget memasuki miss “v” ak….. ohhh….dan bersamaan juga kurasakan gelombang yg keras keluar dari tubuh ku…. Ohhhh ternyata ak orgasme lagi……

Setelah itu kulihat om terkulai lemas di samping ku, dan berkata……
Om sangat sayang sama kamu “Vie”…… ohhh god…. Dalam hati ku….. ada rasa sedih…. Tapi timbul juga rasa nikmat yg amat sangat yg belum pernah kurasakan sebelumnya........

Cerita ini ku dedikasi kan untuk om “Rangga”….. kenangan yg tidak terlupakan…

Penyanyi Cafe Itu Memuaskan Aku

Penyanyi Cafe Itu Memuaskan Aku-  Cerita cinta
Penyanyi Cafe Itu Memuaskan Aku
 
 
Malam itu aku dinner dengan clientku di sebuah cafe. Sebuah band tampil menghibur pengunjung cafe dengan musik jazz. Lagu “I’m Old Fashioned” dimainkan dengan cukup baik. Aku memperhatikan sang penyanyi. Seorang gadis berusia kira-kira 26 tahun. Suaranya memang sangat jazzy. Gadis ini wajahnya tidak terlalu cantik. Tingginya kurang lebih 160 cm/55 kg. Tubuhnya padat berisi. Ukuran payudaranya sekitar 36B. Kelebihannya adalah lesung pipitnya. Senyumnya manis dan matanya berbinar indah. Cukup seksi. Apalagi suaranya. Membuat telingaku fresh.

“Para pengunjung sekalian.. Malam ini saya, Felicia bersama band akan menemani anda semua. Jika ada yang ingin bernyanyi bersama saya, mari.. saya persilakan. Atau jika ingin request lagu.. silakan”.

Penyanyi yang ternyata bernama Felicia itu mulai menyapa pengunjung Cafe. Aku hanya tertarik mendengar suaranya. Percakapan dengan client menyita perhatianku. Sampai kemudian telingaku menangkap perubahan cara bermain dari sang keyboardist. Aku melihat ke arah band tersebut dan melihat Felicia ternyata bermain keyboard juga.

Felicia bermain solo keyboard sambil menyanyikan lagu “All of Me”. Lagu Jazz yang sangat sederhana. Aku menikmati semua jenis musik dan berusaha mengerti semua jenis musik. Termasuk jazz yang memang ‘brain music’. Musik cerdas yang membuat otakku berpikir setiap mendengarnya. Felicia ternyata bermain sangat aman. Aku terkesima menemukan seorang penyanyi cafe yang mampu bermain keyboard dengan baik. Tiba-tiba aku menjadi sangat tertarik dengan Felicia. Aku menuliskan request laguku dan memberikannya melalui pelayan cafe tersebut.

“The Boy From Ipanema, please.. And your cellular number. 081xx. From Boy.”, tulisku di kertas request sekaligus menuliskan nomor HP-ku. Aku melanjutkan percakapan dengan clientku dan tak lama kemudian aku mendengar suara Felicia.
“The Boy From Ipanema.. Untuk Mr. Boy..?”

Bahasa tubuh Felicia menunjukkan bahwa dia ingin tahu dimana aku duduk. Aku melambaikan tanganku dan tersenyum ke arahnya. Posisi dudukku tepat di depan band tersebut. Jadi, dengan jelas Felicia bisa melihatku. Kulihat Felicia membalas senyumku. Dia mulai memainkan keyboardnya. Sambil bermain dan bernyanyi, matanya menatapku. Aku pun menatapnya. Untuk menggodanya, aku mengedipkan mataku. Aku kembali berbicara dengan clientku. Tak lama kudengar suara Felicia menghilang dan berganti dengan suara penyanyi pria. Kulihat sekilas Felicia tidak nampak. Tit.. Tit.. Tit.. SMS di HP-ku berbunyi.

“Felicia.” tampak pesan SMS di HP-ku. Wah.. Felicia meresponsku. Segera kutelepon dia.
“Hai.. Aku Boy. Kau dimana, Felicia?”
“Hi Boy. Aku di belakang. Ke kamar mandi. Kenapa ingin tahu HP-ku?”
“Aku tertarik denganmu. Suaramu sexy.. Sesexy penampilanmu” kataku terus terang. Kudengar tawa ringan dari Felicia.
“Rayuan ala Boy, nih?”
“Lho.. Bukan rayuan kok. Tetapi pujian yang pantas buatmu yang memang sexy.. Oh ya, pulang dari cafe jam berapa? Aku antar pulang ya?”
“Jam 24.00. Boleh. Tapi kulihat kau dengan temanmu?”
“Oh.. dia clientku. Sebentar lagi dia pulang kok. Aku hanya mengantarnya sampai parkir mobil. Bagaimana?”
“Okay.. Aku tunggu ya.”
“Okay.. See you soon, sexy..”

Aku melanjutkan sebentar percakapan dengan client dan kemudian mengantarkannya ke tempat parkir mobil. Setelah clientku pulang aku kembali ke cafe. Waktu masih menunjukkan pukul 23.30. Masih 30 menit lagi. Aku kembali duduk dan memesan hot tea. 30 menit aku habiskan dengan memandang Felicia yang menyanyi. Mataku terus menatap matanya sambil sesekali aku tersenyum. Kulihat Felicia dengan percaya diri membalas tatapanku. Gadis ini menarik hingga membuatku ingin mencumbunya.

Dalam perjalanan mengantarkan Felicia pulang, aku sengaja menyalakan AC mobil cukup besar sehingga suhu dalam mobil dingin sekali. Felicia tampak menggigil.

“Boy, AC-nya dikecilin yah?” tangan Felicia sambil meraih tombol AC untuk menaikkan suhu. Tanganku segera menahan tangannya. Kesempatan untuk memegang tangannya.
“Jangan.. Udah dekat rumahmu kan? Aku tidak tahan panas. Suhu segini aku baru bisa. Kalau kamu naikkan, aku tidak tahan..” alasanku.

Aku memang ingin membuat Felicia kedinginan. Kulihat Felicia bisa mengerti. Tangan kiriku masih memegang tangannya. Kuusap perlahan. Felicia diam saja.

“Kugosok ya.. Biar hangat..” kataku datar. Aku memberinya stimuli ringan. Felica tersenyum. Dia tidak menolak.
“Ya.. Boleh. Habis dingin banget. Oh ya, kamu suka jazz juga ya?”
“Hampir semua musik aku suka. Oh ya, baru kali ini aku melihat penyanyi jazz wanita yang bisa bermain keyboard. Mainmu asyik lagi.”
“Haha.. Ini malam pertama aku main keyboard sambil menyanyi.”
“Oh ya? Tapi tidak terlihat canggung. Oh ya, kudengar tadi mainmu banyak memakai scale altered dominant ya?” aku kemudian memainkan tangan kiriku di tangannya seolah-olah aku bermain piano.
“What a Boy! Kamu tahu jazz scale juga? Kamu bisa main piano yah?” Felicia tampak terkejut. Mukanya terlihat penasaran.
“Yah, dulu main klasik. Lalu tertarik jazz. Belum mahir kok.” Aku berhenti di depan rumah Felicia.
“Tinggal dengan siapa?” tanyaku ketika kami masuk ke rumahnya. Ya, aku menerima ajakannya untuk masuk sebentar walaupun ini sudah hampir jam 1 pagi.
“Aku kontrak rumah ini dengan beberapa temanku sesama penyanyi cafe. Lainnya belum pulang semua. Mungkin sekalian kencan dengan pacarnya.”

Felicia masuk kamarnya untuk mengganti baju. Aku tidak mendengar suara pintu kamar dikunci. Wah, kebetulan. Atau Felicia memang memancingku? Aku segera berdiri dan nekat membuka pintu kamarnya. Benar! Felicia berdiri hanya dengan bra dan celana dalam. Di tangannya ada sebuah kaos. Kukira Felicia akan berteriak terkejut atau marah. Ternyata tidak. Dengan santai dia tersenyum.

“Maaf.. Aku mau tanya kamar mandi dimana?” tanyaku mencari alasan. Justru aku yang gugup melihat pemandangan indah di depanku.
“Di kamarku ada kamar mandinya kok. Masuk aja.”

Wah.. Lampu hijau nih. Di kamarnya aku melihat ada sebuah keyboard. Aku tidak jadi ke kamar mandi malah memainkan keyboardnya. Aku memainkan lagu “Body and Soul” sambil menyanyi lembut. Suaraku biasa saja juga permainanku. Tapi aku yakin Felicia akan tertarik. Beberapa kali aku membuat kesalahan yang kusengaja. Aku ingin melihat reaksi Felicia.

“Salah tuh mainnya.” komentar Felicia. Dia ikut bernyanyi.
“Ajarin dong..” kataku.

Dengan segera Felicia mengajariku memainkan keyboardnya. Aku duduk sedangkan Felicia berdiri membelakangiku. Dengan posisi seperti memelukku dari belakang, dia menunjukkan sekilas notasi yang benar. Aku bisa merasakan nafasnya di leherku. Wah.. Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang harus aku lakukan. Aku memalingkan mukaku. Kini mukaku dan Felicia saling bertatapan. Dekat sekali. Tanganku bergerak memeluk pinggangnya. Kalau ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam saja, aku boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus tanganku. Kemudian dia berdiri. Aku ditolak.

“Katanya mau ke kamar mandi?” tanyannya sambil tersenyum. Oh ya.. Aku melupakan alasanku membuka pintu kamarnya.
“Oh ya..” aku berdiri.

Ada rasa sesak di dadaku menerima penolakannya. Tapi aku tak menyerah. Segera kuraih tubuhnya dan kupeluk. Kemudian kuangkat ke kamar mandi!

“Eh.. Eh, apa-apaan ini?” Felicia terkejut. Aku tertawa saja.

Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air! Biarlah. Kalau mau marah ya aku terima saja. Yang jelas aku terus berusaha mendapatkannya. Ternyata Felicia malah tertawa. Dia membalas menyiramku dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku menyandarkannya ke dinding kamar mandi dan menciumnya!

Felicia membalas ciumanku. Bibir kami saling memagut. Sungguh nikmat bercumbu di suhu dingin dan basah kuyup. Bibir kami saling berlomba memberikan kehangatan. Tanganku merain kaosnya dan membukanya. Kemudian bra dan celana pendeknya. Sementara Felicia juga membuka kaos dan celanaku. Kami sama-sama tinggal hanya memakai celana dalam. Sambil terus mencumbunya, tangan kananku meraba, meremas lembut dan merangsang payudaranya. Sementara tangan kiriku meremas bongkahan pantatnya dan sesekali menyelinap ke belahan pantatnya. Dari pantatnya aku bisa meraih vaginanya. Menggosok-gosoknya dengan jariku.

“Agh..” kudengar rintihan Felicia. Nafasnya mulai memburu. Suaranya sexy sekali. Berat dan basah. Perlahan aku merasakan penisku ereksi.
“Egh..” aku menahan nafas ketika kurasakan tangan Felicia menggenggam batang penisku dan meremasnya.

Tak lama dia mengocok penisku hingga membuatku makin terangsang. Tubuh Felicia kuangkat dan kududukkan di bak air. Cukup sulit bercinta di kamar mandi. Licin dan tidak bisa berbaring. Sewaktu Felicia duduk, aku hanya bisa merangsang payudara dan mencumbunya. Sementara pantat dan vaginanya tidak bisa kuraih. Felicia tidak mau duduk. Dia berdiri lagi dan menciumi puting dadaku!

Ternyata enak juga rasanya. Baru kali ini putingku dicium dan dijilat. Felicia cukup aktif. Tangannya tak pernah melepas penisku. Terus dikocok dan diremasnya. Sambil melakukannya, badannya bergoyang-goyang seakan-akan dia sedang menari dan menikmati musik. Merasa terganggu dengan celana dalam, aku melepasnya dan juga melepas celana dalam Felicia. Kami bercumbu kembali. Lidahku menekan lidahnya. Kami saling menjilat dan menghisap.

Rintihan kecil dan desahan nafas kami saling bergantian membuat alunan musik birahi di kamar mandi. Suhu yang dingin membuat kami saling merapat mencari kehangatan. Ada sensasi yang berbeda bercinta ketika dalam keadaan basah. Waktu bercumbu, ada rasa ‘air’ yang membuat ciuman berbeda rasanya dari biasanya.

Aku menyalakan shower dan kemudian di bawah air yang mengucur dari shower, kami semakin hangat merapat dan saling merangsang. Aliran air yang membasahi rambut, wajah dan seluruh tubuh, membuat tubuh kami makin panas. Makin bergairah. Kedua tanganku meraih pantatnya dan kuremas agak keras, sementara bibirku melumat makin ganas bibir Felicia. Sesekali Felicia menggigit bibirku. Perlahan tanganku merayap naik sambil memijat ringan pinggang, punggung dan bahu Felicia. Dari bahasa tubuhnya, Felicia sangat menikmati pijatanku.

“Ogh.. Its nice, Boy.. Och..” Felicia mengerang.

Lidahku mulai menjilati telinganya. Felicia menggelinjang geli. Tangannya ikut meremas pantatku. Aku merasakan payudara Felicia makin tegang. Payudara dan putingnya terlihat begitu seksi. Menantang dengan puting yang menonjol coklat kemerahan.

“Payudaramu seksi sekali, Felicia.. Ingin kumakan rasanya..” candaku sambil tertawa ringan. Felicia memainkan bola matanya dengan genit.
“Makan aja kalo suka..” bisiknya di telingaku.
“Enak lho..” sambungnya sambil menjilat telingaku. Ugh.. Darahku berdesir. Perlahan ujung lidahku mendekati putingnya. Aku menjilatnya persis di ujung putingnya.
“Ergh..” desah Felicia. Caraku menjilatnya lah yang membuatnya mengerang.

Mulai dari ujung lidah sampai akhirnya dengan seluruh lidahku, aku menjilatnya. Kemudian aku menghisapnya dengan lembut, agak kuat dan akhirnya kuat. Tak lama kemudian Felicia kemudian membuka kakinya dan membimbing penisku memasuki vaginanya.

“Ough.. Enak.. Ayo, Boy” Felicia memintaku mulai beraksi.

Penisku perlahan menembus vaginanya. Aku mulai mengocoknya. Maju-mundur, berputar, Sambil bibir kami saling melumat. Aku berusaha keras membuatnya merasakan kenikmatan. Felicia dengan terampil mengikuti tempo kocokanku. Kamu bekerja sama dengan harmonis saling memberi dan mendapatkan kenikmatan. Vaginanya masih rapat sekali. Mirip dengan Ria. Apakah begini rasanya perawan? Entahlah. Aku belum pernah bercinta dengan perawan, kecuali dengan Ria yang selaput daranya tembus oleh jari pacarnya.

“Agh.. Agh..” Felicia mengerang keras. Lama kelamaan suaranya makin keras.
“Come on, Boy.. Fuck me..” ceracaunya.

Rupanya Felicia adalah tipe wanita yang bersuara keras ketika bercinta. Bagiku menyenangkan juga mendengar suaranya. Membuatku terpacu lebih hebat menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku makin cepat. Beberapa saat kemudian aku berhenti. Mengatur nafas dan mengubah posisi kami. Felicia menungging dan aku ‘menyerangnya’ dari belakang. Doggy style. Kulihat payudara Felicia sedikit terayun-ayun. Seksi sekali. Dengan usil jariku meraba anusnya, kemudian memasukkan jariku.

“Hey.. Perih tau!” teriak Felicia. Aku tertawa.
“Sorry.. Kupikir enak rasanya..” Aku menghentikan memasukkan jari ke anusnya tetapi tetap bermain-main di sekitar anusnya hingga membuatnya geli.

Cukup lama kami berpacu dalam birahi. Aku merasakan saat-saat orgasmeku hampir tiba. Aku berusaha keras mengatur ritme dan nafasku.

“Aku mau nyampe, Felicia..”
“Keluarin di dalam aja. Udah lama aku tidak merasakan semburan cairan pria” Aku agak terhenti. Gila, keluarin di dalam. Kalau hamil gimana, pikirku.
“Aman, Boy. Aku ada obat anti hamil kok..” Felicia meyakinkanku. Aku yang tidak yakin. Tapi masa bodoh ah. Dia yang menjamin, kan? Kukocok lagi dengan gencar. Felicia berteriak makin keras.
“Yes.. Aku juga hampir sampe, Boy.. come on.. come on.. oh yeah..”

Saat-saat itu makin dekat.. Aku mengejarnya. Kenikmatan tiada tara. Membuat saraf-saraf penisku kegirangan. Srr.. Srr..

“Aku orgasme. Sesaat kemudian kurasakan tubuh Felicia makin bergetar hebat. Aku berusaha keras menahan ereksiku. Tubuhku terkejang-kejang mengalami puncak kenikmatan.
“Aarrgghh.. Yeeaahh..” Felicia menyusulku orgasme.

Dia menjerit kuat sekali kemudian membalikkan badannya dan memelukku. Kami kemudian bercumbu lagi. Saatnya after orgasm service. Tanganku memijat tubuhnya, memijat kepalanya dan mencumbu hidung, pipi, leher, payudara dan kemudian perutnya. Aku membuatnya kegelian ketika hidungku bermain-main di perutnya. Kemudian kuangkat dia. Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengangkatnya ke tempat tidur, membaringkannya dan kembali menciumnya. Felicia tersenyum puas. Matanya berbinar-binar.

“Thanks Boy.. Sudah lama sekali aku tidak bercinta. Kamu berhasil memuaskanku..”

Pujian yang tulus. Aku tersenyum. Aku merasa belum hebat bercinta. Aku hanya berusaha melayani setiap wanita yang bercinta denganku. Memperhatikan kebutuhannya.

Aku sangat terkejut ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sial, kami tadi lupa mengunci pintu!! Seorang wanita muncul. Aku tidak sempat lagi menutupi tubuh telanjangku.

“Ups.. Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Felicia. Tadi malah sudah mengintip kalian di kamar mandi..” kata wanita itu. Aku kecolongan. Tapi apa boleh buat. Biarkan saja. Kulihat Felicia tertawa.
“Kenalin, dia Gladys. Mbak.. Dia Boy.” aku menganggukkan kepalaku padanya.
“Hi Gladys..” sapaku.

Kemudian aku berdiri. Dengan penis lemas terayun aku mencari kaos dan celana pendek Felicia dan memakainya. Gladys masuk ke kamar. Busyet, ni anak tenang sekali, Pikirku. Sudah jam 2 pagi. Aku harus pulang